Tugas psikologi pendidikan
Kelompok:9
Risky Nurlita Maylinda 161301001
Laila
Husna 161301024
Dina
Hutasoit 161301039
Nabila
Annisa Putri 161301054
Wina
Lorensi 161301071
Fahri
Reza 161301077
Implikasi tahap perkembangan
terhadap
pendidikan
A.
Playgroup
/ TK
Masa kanak-kanak awal ( Prasekolah )
-
2-6 tahun
-
Anak banyak bereksplorasi
-
Melakukan tindakan meniru
-
Egosentris
-
Perkembangan kognitif berada pada tahap
praoperasional
Pada tahap ini, anak belajar
menggunakan panca indera dan benda-benda kongkrit. Pada tahap ini, pembelajaran
lebih menekankan proses dari pada hasil. Anak juga lebih tertarik melakukan
pembelajaran dengan cara mengamati langsung dan sesuai minat mereka.
Guru
berperan penting dalam mengatur strategi proses pendidikan anak. Diantaranya,
memberikan pengalaman pembelajaran yang nyata dan sebagai fasilitator
pengalaman yang bervariasi dan bahan yang berbeda-beda sehingga anak dapat
melakukan permainan yang beragam.
Metode yang dapat
digunakan untuk perkembangan kognitif anak Playgroup/TK adalah :
1. Bermain
Dalam hal ini, pembelajaran dapat
dilakukan berbarengan dengan bermain dan dilakukan di tempat terbuka. Kegiatan
ini membantu anak lebih bereksplorasi dan melatih gerakan otot besar maupun
halus, seperti melompat, memanjat, dan menendang. Kegiatan ini juga membantu
mengembangkan kemampuan kognitif, sosial maupun emosional anak.
2. Pemberian
Tugas
Metode ini digunakan agar anak terbiasa
berlatih untuk mengasah kemampuan kognitif nya dan bertanggung jawab.
3. Kegiatan
Wisata
Metode ini dapat dilakukan dengan
membawa anak melihat keankaragaman jenis pekerja, museum, peralatan kerja, dll.
Hasil dari metode ini, membangun pengalaman anak tentang aspek-aspek yang
terdapat di sekitar kehidupannya.
4. Bernyanyi
Metode ini dapat dilakukan dengan
memilih lagu yang isinya memiliki pesan moral untuk pembelajaran anak.
B.
Sekolah
Dasar ( SD )
Pada tahap perkembangan
SD (Sekolah Dasar) merupakan masa kanak-kanak tengah (middle childhood) dan masa kanak-kanak akhir (late childhood) yang dimulai dari usia 6 ‒ 11/12 tahun. Pada tahap
ini pengaruh teman sebaya mulai dominan serta berada pada tahap perkembangan
operasional konkrit dimana anak mampu berpikir logis tentang objek dan
kejadian, menguasai konversi jumlah dan berat, serta mampu mengklasifikasikan
objek. Perkembangan moral pada tahap ini berada pada tingkat konvensional tahap
3 dan tahap 4. Pada tahap 3 ditandai dengan orientasi good boy/girl,yaitu anak menggunakan rasa percaya, perhatian, dan
loyalitas kepada orang lain sebagai basis penilaian moral. Lalu pada tahap 4
perkembangaan moral anak berorientasi pada otoritas, yaitu didasarkan oleh
pemahaman dan aturan sosial. Masa ini juga merupakan tahap industry vs inferiority menurut teori Erikson, dimana inisiatif
anak membuat mereka berhubungan dengan banyak pengalaman baru.
Implikasi dari
tahapan-tahapan ini, membentuk semangat yang tinggi diikuti rasa ingin tahu
yang tinggi pada diri anak. Untuk itu pengajar harus mampu memotivasi anak agar berusaha menyadari bahwa mereka bisa belajar
menyelesaikan sesuatu sendiri. Pengajar dapat memulainya dengan mengajak anak
untuk mengamati lingkungan mereka, lalu ajukan pertanyaan apa saja yang mereka
temukan dan mengapa hal itu bisa terjadi. Ajaklah anak untuk bekerja
berkelompok dan saling bertukar pikiran. Biarkan mereka mencari jawaban sendiri
dengan pemikiran sendiri. Setelah itu bantulah mereka untuk mengecek kebenaran
dan akurasi jawaban mereka.
Ketika akan mengajar
sesuatu yang agak kompleks gunakan alat bantu visual dan alat-alat peraga.
Serta libatkan anak dalam tugas-tugas operasional. Seperti saat mengajarkan
materi berhitung, gunakan benda-benda konkret untuk tugas ini. Pengajar dapat
menggunakan bunga-bunga yang ada di sekolah. Ajak mereka menghitung berapa
jumlah suatu bunga dengan warna tertentu, lalu suruh mereka mengurutkan
bunga-bunga itu dari jumlah terbesar menuju jumlah terkecil dan sebaliknya.
Untuk usia anak yang
lebih tinggi, pengajar harus mampu mendorong anak untuk mengutak-atik dan
bereksperimen dalam pelajaran sains, membuat dan membacakan suatu karya dalam
pelajaran sastra, ajak mereka berdiskusi tentang cara pandang mereka, serta
lakukan perjalanan untuk elajaran ilmu social.
C.
Sekolah
Menengah Pertama ( SMP )
Anak
usia SMP dapat dikategorikan sebagai anak usia remaja awal yaitu berusia 11-14
tahun.
Anak
usia remaja awal seperti SMP mengalami perkembangan
kognitif formal oprasional yang
membuatnya mampu berpikir abstrak dengan menggunakan symbol-simbol atau mengoprasikan
kaidah logika formal yang tidak terikat dengan objek yang bersifat konkret,
seperti kemampuan analisis, mengembangkan sesuatu kemungkinan berdasarkan beberapa
kemungkinan yang ada dan kemampuan menarik generalisasi dan interferensi dari berbagai
kategori objek yang beragam, kapabilitas memori dalam bahasanya juga meningkat.
Siswa SMP juga mengalami perkembangan Afektif yang mencakup proses belajar
prilaku dengan orang lain atau sosialisasi. Sehingga proses belajar yang cocok adalah
dengan menggunakan :
1.
Resitasi;
Dimana
siswa diharuskan membuat resume dengan kalimat sendiri sehingga pengetahuan akan
pelajaran yang diterima dapat diingat lebih lama dan siswa dapat memupuk perkembangan
dan keberanian dalam mengambil inisiatif, bertanggungjawab dan berdiri sendiri
dan mengembangkan kemampuan bahasa siswa.
2.
Eksperimental
Dimana
siswa diberikan kesempatan untuk dilatih melakukkan suatu proses atau percobaan
yang akan membuat siswa dapat mengembangkan kemampuan menganalisisnya.
3.
Diskusi
Kelompok
Dimana
siswa akan membentuk kelompok diskusi yang sudah diberikan materi
pembahasannya, kemudian siswa akan berdiskusi bersama dengan cara mengeluarkan
pendapat masing-masing dan berusaha menyatukannya untuk memecahkan masalah
bersama sehingga dapat memperoleh keputusan yang lebih baik
4.
Demonstrasi
Dimana
pengajar memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan suatu kegiatan
secara langsung maupun melalui media yang relevan dengan pokok bahasan yang
disajikan sehingga perhatian siswa dapat lebih terpusatkan dan lebih terarah
pada materi yang sedang dipelajari
5.
LatihanKeterampilan
Dimana
siswa diajak ketempat keterampilan untuk melihat bagaimana cara membuat
sesuatu, penggunaannya, manfaatnya, dan lain lain, sehingga kecakapan motoris
dan mental siswa akan terasah.
6.
Tanya
Jawab
Dimana
pengajar akan menjelaskan suatu materi kemudian memberikan kesempatan pada
peserta didik untuk bertanya berdasarkan apa yang ada dipikirannya. Pengajar
juga akan memberikan pertanyaan yang jawabannya dapat ditemukan pada berbagai
sudut pandang, agar siswa terpacu mengemukakan pendapat dari sudut pandang
masing-masing.
Pada
masa ini seorang anak juga mulai mengalami kematangan reproduksi, mulai menaruh
perhatian pada masa depan, mulai mencari identitas diri yang pada umumnya
meniru idola, emosi mulai meluap-luap, sehingga cara belajar yang tepat pada masa ini belajar sambil
menciptakan suatu karya sesuai dengan keinginan remaja, dimana hal ini akan
sangat berguna bagi siswa untuk mencari tahu jati dirinya lewat karya yang
dibuatnya, misalnya mengoleksi foto-foto tokoh besar yang disukai, ini perlu
untuk menyibukkan diri para remaja agar tidak terlalu terlena pada masalah
pencarian identitas yang kebanyakan berdampak buruk pada perilakunya, melalui
tahapan seperti ini seorang remaja semakin aktif untuk memanfaatkan masa mudanya
dengan baik, dan menjaga dirinya dengan baik.
D.
Sekolah
Menengah Atas ( SMA )
Berusia dari 15-17 tahun
pada tahap ini anak sedang mencari
‘jatI diri’. Dan apa yang menjadi kesenanangannya itulah yang akan
dikerjakannya.
Metode belajar yang cocok untuk anak
SMA itu adalah belajar kelompok. Hal ini diperlukan agar anak dapat menemukan
potensi dirinya dan. Selain belajar kelompok, metode belajar lainnya adalah
dengan memberikan pekerjaan rumah kepada anak, hal ini berguna bagi anak untuk
mengulang kembali materi pembelajarannya.
Kemampuan kognitif terus berkembang
selama masa SMA. Perubahan kognitif pada masa SMA mengarah pada peningkatan
potensi
tingkat karateristik emosional akan menjadi drastis tingkat kecepatannya
anak usia SMA sebagai individu yang berada pada tahap yang tidak jelas dalam rangkaian proses perkembangan individu. Ketidakjelasan ini karena mereka berada pada periode transisi, yaitu dari periode kanak-kanak menuju periode orang dewasa. Pada masa tersebut mereka melalui masa yang disebut masa remaja atau masa pubertas.
tingkat karateristik emosional akan menjadi drastis tingkat kecepatannya
anak usia SMA sebagai individu yang berada pada tahap yang tidak jelas dalam rangkaian proses perkembangan individu. Ketidakjelasan ini karena mereka berada pada periode transisi, yaitu dari periode kanak-kanak menuju periode orang dewasa. Pada masa tersebut mereka melalui masa yang disebut masa remaja atau masa pubertas.
0 komentar:
Posting Komentar